إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً....

Ikatan Remaja Pecinta Ahlul Bait Palembang

Konsep Sosial dalam Islam berdasarkan sudut pandang Al-Qur'an, Al-Hadits, dan Riwayat Aimmatul Muslimin

Team penyusun : Kelompok 2 Ikatan Remaja Kumayl
Ahmad Farisi – Syukriah – Asiah

I. MUQADDIMAH

Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana konsep sosial yang tedapat dalam Islam yang sebenarnya apabila disadari dapat membentuk sebuah masyarakat madani, muttaqin, dan harmonis.

Ironinya, sebagai pemeluk agama Islam, masih banyak muslimin yang hanya sekedar tahu dan mendengar tanpa mencari tahu bagaimana sesungguhnya konsep sosial dalam Islam yang begitu indah dan menawan. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya ketimpangan sosial yang berhujung pada ketidakharmonisan hubungan antara sesama masyarakat Islam.

Oleh karena itu, dalam tema sosial ini, kami mencoba mengambil judul Konsep Sosial dalam Islam yang ditinjau dari sudut pandang Al-Qur’an, Al-Hadits, dan riwayat-riwayat Aimmatul Muslimin.

Tentunya hal ini ditujukan untuk beberapa hal berikut ini.
1. Menciptakan keharmonisan hubungan sosial di tengah masyarakat
2. Menimbulkan kesadaran sosial
3. Menumbuhkan rasa kepedulian sosial
4. Meningkatkan semangat persatuan
5. Menyadari arti penting manfaat diri



II. PEMBAHASAN

Konsep-konsep sosial dalam Islam sangat memberikan banyak kontribusi dalam kehidupan sosial. Dalam pembahasan makalah ini akan diangkat beberapa konsep dan contoh dari kehidupan sosial yang seyogyanya dapat dilakukan oleh setiap muslim.

A. Konsep Sosial Islam berdasarkan Sudut Pandang Al-Qur’an

1. Menuju ke jalan taqwa

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali-Imran(3) : 134)

Dalam ayat tersebut di atas, terdapat 3 buah sifat mulia yang merupakan anjuran Allah dalam membina kehidupan sosial antara lain :

1. Menafkahkan sebagian harta di waktu lapang dan sempit
2. Menahan amarah
3. Memaafkan

Sifat-sifat mulia di atas dapat dilihat pada kehidupan Rasulullah dan Aimmatul Muslimin, salah satunya yaitu Imam Musa Kadzim yang membebaskan budaknya setelah dibacakan ayat ini.

2. Mencapai kebajikan sempurna

kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Ali-Imran(3) : 92)

Ini merupakan konsep kepedulian sosial lainnya yang dapat dilihat pada pribadi Rasul dan Aimmatul Muslimin. Adapun Imam Ali bin Abi Thalib AS dan keluarganya ma’shumin telah memberikan contoh kepada kita dalam kisah puasa nazarnya selama 3 hari berturut-turut. Kisah tersebut berhubungan dengan ayat sebelum di atas (Ali Imran(3) : 134), yaitu berbagi di waktu sempit.

3. Memecahkan masalah

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl (16) : 125)

Dalam beberapa penjelasan tafsir, ayat di atas sebetulnya lebih tepat dijadikan sebagai dasar dakwah. Namun Quraish Shihab mengatakan dalam tafsir Al-Misbah bahwa dalam ayat ini terdapat etika pergaulan sosial yang menarik dan rasional, di antaranya :
1. Menyeru dengan hikmah dan cara yang baik

Dalam beberapa tafsir, hikmah yang dimaksudkan di atas adalah ilmu. Hal ini bermaksud menjelaskan kepada para penyeru agar menyerukan kebaikan dengan ilmu, tidak dengan kebodohan. Sehingga kebenaran akan seruan tersebut dapat dipertanggung jawabkan.

Sedangkan cara yang baik merupakan metode penyampaian yang didasarkan dengan siapa yang menjadi sasaran dan akhlaq dalam menyampaikan. Imam Ali mengatakan, berbicaralah sesuai dengan kemampuan mereka ( si pendengar ).

Oleh karena itu, konsep sosial yang dimaksudkan di sini adalah hendaknya kita memiliki kepedulian untuk amar ma’ruf dan nahi munkar, namun dengan hikmah dan mau’idzotil hasanah. Karena itu bukan tugas seorang ustadz atau ustadzah, melainkan tugas setiap muslim.

2. Membantah dengan cara yang paling baik

Dalam ayat ini Allah mengajarkan kepada kita untuk dapat membantah dengan cara yang paling baik.
Membantah dengan cara yang paling baik bukanlah sebuah anjuran untuk membantah, namun yang dimaksud di sini adalah sebuah metode dialog yang baik.

Dan ini menjadi pelajaran untuk kita dalam kehidupan sosial untuk dapat mendahulukan akhlaq saat kita berlainan pendapat. Karena realita yang ada menunjukkan bahwa karena perbedaan pendapat sering menjadi bumerang untuk memecah belah persatuan.

4. Membentuk persahabatan yang indah

dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (Fushshilat (41) : 34)

Ayat ini sangat jelas menunjukkan kepada kita betapa Allah adalah Maha Benar. Ini dapat terlihat pada salah satu riwayat Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad.

Namun demikian, Allah mengatakan

dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (An-Nahl (16) : 126)

Dengan demikian, Islam memberikan alternatif dalam menanggapi kejahatan yang dilakukan orang terhadap kita. Tapi Allah tetap mengakhiri ayat di atas dengan pilihan yang lebih baik, yaitu sabar.

5. Menciptakan Persatuan

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash - Shaff (61) : 4)

Ayat di atas memberikan gambaran tentang arti penting persatuan. Ketika muslimin berjuang pada barisan yang teratur, maka bukan sebuah harapan kecil tujuan yang diinginkan akan tercapai.

Ironinya, yang terjadi sekarang justru perpecahan akibat perbedaan. Padahal Allah dengan jelas mengatakan

orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. ( Alhujurat (49) : 10 )

Ayat-ayat di atas tidak lain dan tidak bukan bertujuan untuk menciptakan persatuan di antara sesama muslim. Dan itu tidak mungkin tercipta tanpa adanya keinginan untuk melakukan hal-hal berikut, yaitu :
1. Menyadari perbedaan adalah rahmat
2. Perbedaan tidak menjadi masalah, namun yang menjadi masalah adalah bagaimana cara menyikapi perbedaan tersebut
3. Memaknai secara tersirat, atau dengan kata lain tidak hanya secara tersurat

6. Mengarah kepada keharmonisan

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. ( Alhujurat (49) : 11 )

Tentunya dari ayat di atas dapat kita petik kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang indah. Hal tersebut dapat terlihat dari ayat di atas yang memberikan larangan untuk mengolok-olok orang lain baik sesama muslim ataupun tidak.

Dengan menjaga toleransi sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas, maka keharmonisan akan tercipta dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

B. Konsep Sosial Islam berdasarkan Sudut Pandang Hadits

1. Menghormati yang tua dan menyayangi yang muda

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَناَ وَلَمْ يُوَقِّرْ كَبِيْرَناَ

Artinya :
Bukanlah golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati yang tua.

Hadits di atas mengisyaratkan kepada kita yang merupakan umat Muhammad untuk membiasakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, yaitu menyayangi yang muda dan menghormati yang tua.

Saat ini, begitu banyak prinsip senioritas yang terjadi di Indonesia yang merupakan contoh ketika tidak ada lagi rasa kasih sayang terhadap yang muda dan ketika golongan yang merasa lebih tua ingin selalu dihormati.

Contoh konkrit yang dapat dilihat adalah di dunia pendidikan yang pada setiap awal tahunnya melakukan MOS atau OSPEK.

Tidakkah kita melihat kemerdekaan Indonesia yang diawali oleh semangat sekelompok pemuda dan tidak lepas dari peran kelompok tua. Oleh karena itu, ketika terdapat persatuan antara kelompok muda dan kelompok tua, maka bukan tidak mungkin tercipta persatuan.

Tidakkah kita melihat semangat para pejuang karbala yang merupakan semangat golongan muda dan tua para pecinta ahlul bait.

2. Menjadi makhluk yang bermanfaat

خَيْرُ النَّاسِ اَنْـفَعُهُمْ لِلنَّاس

Artinya :
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya

Kekayaan tidaklah dilihat dari uang yang dikumpulkan, apalah artinya uang melimpah kalau tidak ada manfaat yang dihasilkan dari uang tersebut. Jangan menganggap kehebatan ilmu itu dari gelar yang sangat panjang, apalah artinya gelar yang panjang kalau ilmunya tidak ada manfaat bagi orang lain.

Orang yang melimpah hartanya bisa dilihat dari berapa banyak orang lain yang merasa manfaat dari hartanya. Orang yang luas ilmunya bisa dilihat dari manfaat ilmunya bagi orang lain yang membebaskan orang lain dari kebodohan.

Oleh karena itu, mulailah menyukseskan orang lain, karena kesuksesan yang hakiki adalah ketika banyak orang lain yang sukses karena kita. Dan inilah yang dilakukan Rasulullah dan Aimmatul Muslimin pada masanya, mereka menjadi manfaat yang begitu besar bagi orang-orang di sekitar mereka saat itu.

3. Menyenangkan orang lain

خَيْرُ اْلأَ عْمَال إِدْخَالَ السُّرُوْرِ عَلَى قَلْبِ الْمُؤْمِنْ ( اوكما قال

Artinya :
Sebaik-baik amal adalah memasukkan rasa gembira ke hati orang mukmin

Rasulullah SAWW selalu hadir di tengah masyarakat dengan akhlaqul karimah. Beliau senantiasa membuat orang lain senang ketika berada di dekatnya. Beliau menunjukkan senyumnya yang menawan, menyapa umatnya, sayang terhadap yang muda, hormat kepada yang tua dan santun terhadap setiap orang tidak terkecuali mustadh’afin.

Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym ) memberikan beberapa kiat untuk membentuk pribadi menawan dan menyenangkan dengan 5S, yaitu senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.

Di depan masyarakat, Rasulullah tidak menjadi orang yang ditakuti oleh umatnya, karena Rasulullah menjadi sosok yang dicintai.


C. Konsep Sosial Islam berdasarkan Sudut Pandang Riwayat Aimmatul Muslimin

Konsep syukur Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad dalam dialognya dengan Hasan Basri dapat dijadikan pelajaran berharga tentang konsep kepedulian sosial.

Ketika Imam Ali Zainal Abidin ditanya oleh Hasan Basri tentang syukur, maka Hasan Basri ditanya kembali oleh Imam Ali. Hasan Basri menjelaskan, ”Menurut kami, kalau kami mendapat rezeki alhamdulillah, namun kalau tidak mendapatkan apa-apa, ya tidak apa-apa.”
Lalu, Hasan Basri kembali bertanya kepada Imam Ali Zainal Abidin. Dengan santun Imam Ali Zainal Abidin memberikan pelajaran berharga kepada Hasan Basri, ”Jika Allah memberikan rezeki kepada kami, maka semua merasakan nikmat itu, namun jika tidak ada apa-apa, alhamdulillah.


Sungguh menawan konsep kepedulian sosial yang ditawarkan oleh Al-Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad. Ketika rezeki didatangkan kepadanya, maka semua masyarakat sekitarnya akan merasakan nikmat. Hal tersebut dapat dilihat pada riwayat beliau yang selalu membawakan makanan pokok pada setiap malamnya ke rumah-rumah penduduk. Namun ketika beliau dalam keadaan sempit, beliau tidak pernah merasa kurang, beliau bersyukur kepada Allah, karena beliau sadari betul dalam keadaan lapang atau sempit, nikmat Allah tidak akan pernah habis.


III. PENUTUP

Mulailah dari kita untuk menjadi yang pertama, Be the First!. Saat ini, begitu sulit untuk mencari tauladan, untuk itu mulailah dari diri kita untuk menjadi tauladan bagi orang lain.

Mulailah dari diri kita untuk menghargai orang lain, karena sudah menjadi sunnatullah bahwasannya menghargai untuk dihargai tanpa keinginan untuk diberikan penghargaan karena penghargaan akan datang dengan sendirinya seiring kita memberikan penghargaan kepada orang lain.

Menjadi pekerjaan rumah untuk kita dalam menerapkan konsep-konsep sosial Islam sebagaimana yang telah dijabarkan pada bagian pembahasan makalah ini.

Akhirnya kami sadari bahwa tak ada gading yang tak retak, tak ada yang sempurna. Kami sadari betul masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf dan terima kasih.

Tentunya kami juga mengharapkan masukan-masukan berharga yang akan menjadi motivasi bagi kami selaku pemakalah.

1 Comment:

Mohammad Iqmal Fazli said...

Assalamualaikum,saudara..sya mahu bertanya sedikit mengenai posting yang nie http://irkum.blogspot.com/2009/02/konsep-sosial-dalam-islam-berdasarkan.html...boleh sya tahu dari mana sumbernya?ini kerana saya terpakasa menggunkan buku-buku untu membuat assigment sya...jadi...sya xboleyh main copy paste dari internet dan adakah artikel ini 100% benar?..harap saudara dpat memmbantu sya menyiapkan tugasan yang diberikan kepada saya...boleh x ya?kalau saudara emel kepada sya sumbernya?kalau boleh,ni alamatnya iqmalc70@gmail.com....kalau xboleh tidak mengapa saya akan cuba mencari alternatif lain...sekian...

Posting Komentar